Sunday, March 24, 2019

31 Januari 2018.
Sebuah keisengan pas lagi chat sama temen dari SMP, SMA, Kuliah sama-sama di Semarang, dan sampai sekarang sudah kerja tetap keep in touch, Tommy.

"..siapa tau temen lu ada yang soleh mau nikah dan siapa tau jodoh sama gue tom, ya gapapa dikenalin sini. pusing gue mak gue nyuruh nikah mulu.."

Lebih kurang seperti itu.


12 Maret 2018
Di menuju tengah malam, tiba-tiba ada laki-laki yang kalau dilihat dari foto sih sepertinya seumuran, mengirim permintaan pertemanan pada Instagramku. Setelah ku coba buka profilnya, Tommy salah satu mutual friendnya.
Dalam hati, "Eh kok temennya Tommy?"

Permintaannya aku diamkan beberapa saat.

Beberapa menit kemudian, Tommy mengirim pesan,
"Ti"
"Yes"
"Weh masih bangun. Temen gue ada yang follow lu btw."

Kemudian dalam hati, "Oh ini ceritanya Tommy mau ngenalin temennya."


27 Maret 2018
Aku terbiasa pulang malam di kantor. Sekitar setelah isya, lagi iseng banget pengen live di Instagram.
Nggak lama setelah live, ada satu akun yang bergabung, Temennya Tommy.
Canggung banget.
ASELIK.
"Duh aneh juga ya ada yang ikut live tapi aku nggak kenal."
Nggak lama, orang ini mengirimkan pesan emoticon dengan simbol love di kedua mata.
"Heeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee......," dalam hatiku.
And I said Hi to him. "Halo Temennya Tommy."
But suddenly, he left.

About two hours later, he sent me a message, finally, after 2 weeks from the moment he followed my account, "Halo Uti. Sorry DM malem-malem. Ini aku Dimas temen seangkatan Tommy di XXX"
That was the begining of our story.

Kami tidak banyak cerita, hanya beberapa kali lewat DM Instagram.
Kami tidak tahu nomor ponsel atau akun Line masing-masing (sampai akhirnya berteman di Line sih di akhir bulan Juni).
Aku bercerita beberapa hal dengannya, mulai tentang ilmu agama hingga prinsip dalam berhubungan (dan cerita masa lalu).

Aku memang mencari seseorang yang memiliki tujuan serius dalam hubungan yang akan dijalani.
Tidak segan aku mengatakan hal tersebut kepada laki-laki yang mencoba mendekat dan kadang berakhir menjauh satu sama lain.
Padanya, aku hanya bercerita kalau aku ingin menjalani hubungan seperti itu dan ingin segera menikah. Sungguh ini bukan kode untuknya.
Dia pun bercerita bahwa menginginkan hal yang sama. NAMUN.. Dia tidak mau menikah di waktu yang dekat.
Pada momen ini, kemudian aku mulai beranggapan, "Oh mungkin bukan dia yang Allah kirim untukku. Kami berselisihan waktu dan tujuan." Jujur, aku sempat berharap padanya, namun berubah pikiran sejak mendengar ucapannya.


Awal Juli 2018
Me upload a selfie on Instagram..
Then Tommy was like, "Kayak gini kok ga dijak rabi wakaka"
Me: "Yang mau ngajak juga belom ada"
Tommy: "Tar kenalan sama Dimas ye."


6 Juli 2018
Tommy kemarin lusa mengabarkan kalau dia di Jakarta dan berencana untuk bertemu denganku.... dengan tujuan mempertemukanku dengan Dimas.
Aku mengiyakan dengan enteng.
Biasanya aku bisa segitu gugupnya jika dipertemukan untuk diperkenalkan dengan laki-laki asing.

Kami berempat bertemu di salah satu mall di pusatnya Jakarta.
Biar nggak tengsin, aku mengajak Nadia untuk ikut.
Kami nonton Film Ant Man.
Aku jarang sekali bicara dengan Dimas. Lebih banyak bercanda dengan Tommy dan Nadia, yang isinya mengorek luka lama Tommy dan mantannya (yang adalah teman baik Nadia).
Ketika menuju kursi kami, yang aku bayangkan, formasi kursi akan, "Dimas - Tommy - Uti - Nadia"
namun Tommy sengaja bikin "Dimas - Uti - Nadia - Tommy" (wadahel?).

Nggak ada yang spesial kok selama kami nonton sampai pulang.
Aku pulang bersama Tommy.
Di tengah perjalanan Tommy bilang, "Lah kok ni anak nanyanya ke gue sih, nggak ke lo langsung?"
"Apaan Tom?"
"Ini Dimas. Nanya udah sampai atau belom ke gue, kenapa nggak ke lo langsung."
"Ya ngapain juga Tom."

Nggak lama ponselku berbunyi, masuk satu notifikasi Line, "Udah sampai rumah Ti?"
Dalam hatiku, *DEG*.

Setelah pertemuan itu, kami pun tetap tidak banyak obrolan.
Hanya sekena-nya.
Paling bicara soal harga rumah, ilmu agama dan lainnya.


Menuju 25 Agustus 2018
Tiba-tiba kami jadi banyak bicara satu sama lain.
Mulai dari band dan NASA.
Ternyata kami banyak kesamaan.


25 Agustus 2018
Dimas mengirimkan ucapan ulang tahun berupa videonya memainkan keyboard.
Sebenernya sebelumnya aku kode, "Eh gue ulang tahun loh. Lo nggak mau nyanyiin gue?"
Tiba-tiba pas bangun pagi-pagi, ada kiriman video itu haha.


8 September 2018
Ntah serandom apa obrolan kami, sehingga kami tiba-tiba janjian bertemu buat nonton Searching.
Ntah kenapa juga, aku tiba-tiba kepikiran pengen beli hotwheels buat dia.
Ntah kenapa juga, tiba-tiba dia bawain aku kado ulang tahun.

Sejak pertemuan ini, tiada satu hari pun tanpa chat darinya.
Lebih banyak hal yang kami bicarakan sekarang.
Obrolan kami tiba-tiba tentang usaha kami masing-masing yang sedang berdoa untuk dijodohkan dengan yang terbaik.
What? Yes. He suddenly said that he called a name in his pray.
Everything changes this fast.
And I suddenly felt something wrong in my heart.

--------------------------
Aku punya beberapa kriteria pria yang ku harapkan jadi pasanganku.
Kriteria itu aku bawa kepada Allah, hingga aku umroh.
Aku berdoa sedetail itu.

Ketika aku berdoa detail. Ntah kenapa, Allah datangkan aku, laki-laki dengan kriteria sebaliknya.
Saat itu aku sadar, mungkin aku terlalu mengatur Allah.
Aku ubah doaku menjadi lebih singkat, "Ya Allah aku mohon dekatkan dengan jodohku yang baik untuk agama, dunia dan akhiratku, yang engkau ridhoi."

Sejak aku berdoa seperti itu, laki-laki yang telah datang sebelumnya, ntah mengapa menjauh dan ada juga yang aku menjauh darinya. Seakan sekitar berubah tiba-tiba.
Sejak saat itu juga, tiba-tiba dia semakin mendekat.
Semakin aku mengenalnya, semakin aku tahu bahwa kriteria yang aku doakan kepada Allah tentang jodoh, hampir semuanya ada di dirinya, kecuali satu hal.. Sholat berjamaah di masjid.
..
Namun..
Sampai di satu waktu, ketika kami sedang bercerita, tiba-tiba anak ini mengatakan,"Maaf Ti, baru pulang dari masjid."
Tiba-tiba mataku berair.
"Ya Allah kenapa ada di dia semua (kriteria)nya?"
--------------------------

Aku kemudian sadar, bahwa aku mulai tertarik dan berharap tapi semuanya aku kemas baik-baik di hatiku.
Belum lagi, dia mengatakan bahwa sudah ada yang dia doakan :)
Aku semakin menutup rapat-rapat hati, khawatir terbuka lebar dan justru malah membuat kecewa.


7 Oktober 2018
Pertemuan kami ketiga.
Tiba-tiba kami janjian untuk datang kajian di suatu weekend.
Pulang dari kajian, dia mengajak makan.
Naik bajaj kami menuju Blok M Plaza.
Di Wendy's waktu itu.
Aku nggak makan karena masih kenyang.
Sambil ngobrol soal materi kajian aku yang terdahulu, tiba-tiba dia mengambil buku yang sedang ku buka, "Nah bukunya tutup dulu. Sebenernya ini tujuan gue ngajak lo ketemu."
Aku.. sudah pasti mulai panik.
Kemudian dia melanjutkan ucapannya sambil memegang ponselnya, "Jadi Ti, lo pernah kan nanya siapa mbak yang gue doain? Ini orangnya."
Sambil menunjukan layar ponselnya ke arahku, terlihat foto perempuan di sana yang ternyata adalah diriku.
"Gue udah berdoa Ti, insyaAllah gue yakin sama lo. Kalau lo udah yakin juga sama gue, gue mau ke rumah untuk kenalan sama keluarga lo. Kalau lo belum yakin, mungkin gue harus berusaha lagi."

My head was spinning.
My tummy suddenly was full by butterflies.

"Is this all real?"


13 Oktober 2018
Tiba-tiba ada laki-laki muncul di depan rumah, membawa tas plastik isi kue.
Namanya, Dimas.

No comments:

Post a Comment