Sunday, June 2, 2019

Perjalananku Waktu Itu

Pernah aku jatuh dan berada di titik yang cukup rendah di hidupku.
Herannya, aku tidak menangis kala itu.
Mungkin, hatiku semacam telah siap bahwa hal tersebut mungkin saja terjadi.
Kehilangan orang yang berharga di hidupku.
Orang yang selama ini aku harapkan akan selamanya ada bersamaku.

Aku sungguh berterima kasih kepada Allah.
Karena, hanya Dia yang ada setia dan seakan melebarkan tangan-Nya sambil berkata,
"Ayo sini."
Mendekat pada-Nya menjadi obat dan memang begitu hakikatnya.
Memang benar, bahwa kita akan semakin kuat bila ditempa.

Mungkin hatiku terlalu lama diambil alih oleh egoku sendiri selama ini.
Terlalu yakin bahwa semua bisa berjalan sesuai harapan.
Sampai lupa bahwa qodar Allah adalah hal yang lebih pasti dibandingkan harapan.

Dalam perjalananku menyembuhkan luka, aku menemukan banyak hal.
Mulai dari ikhlas,
Sabar,
hingga bagaimana menghamba kepada-Nya.
Terdengar klise dan bukan hal yang spesial.
Namun, bagiku hal tersebut terasa luar biasa.

Dimulai dari memohon atas apa yang mungkin (masih) jadi milikku.
Hanya satu nama yang kala itu aku bawa hingga di depan Ka'bah,
Untuk doaku terkait teman masa depan.
"Jika memang bukan dia, mohon aku dapat engkau jodohkan dengan orang yang terbaik menurutMu,"
ucapku untuk menutup doa tentang jodoh, setelah menyampaikan kriteria yang aku harapkan.

Semakin jauh aku belajar untuk kenal dengan-Nya,
semakin aku paham bahwa aku sekuat itu dengan bantuan-Nya.
Hatiku tidak mudah termakan ego yang sebelumnya telah mengecewakanku.

Allah Maha Mendengar.
Tiba-tiba beberapa wajah hadir di hadapanku.
Beberapa orang hadir untuk sekedar menyapa.
Ada beberapa yang hadir untuk berteman dengan skenario masa depan.
Lucunya, yang ditunjukkan kepadaku adalah kebalikan atas apa yang aku pinta.
Bersabar dan berprasangka baik adalah hal terakhir yang bisa kulakukan.
"Oh mungkin memang apa yang aku doakan bukanlah yang terbaik dan ini adalah menurut Allah baik."

Introspeksi.
Aku merasa terlalu mendikte Allah atas apa yang aku inginkan.
Sepertinya doaku perlu revisi.
"Ya Allah jodohkanlah dengan yang menurut Engkau baik untuk agama, dunia dan akhiratku."
Titik. Doaku hanya sampai situ.
Tidak ada embel-embel, yang seperti ini, atau seperti itu.

Ternyata, sama seperti sangat tiba-tibanya muncul wajah-wajah tersebut,
tiba-tiba pula satu persatu mereka menjauh.
Hebatnya, tidak ada rasa sakit hati sedikitpun yang aku rasakan.
Beruntung. Sepertinya, apa yang terjadi sebelumnya telah menjadikanku lebih matang dalam bersikap.
Mungkin memang harus kesandung dulu agar kita bisa belajar berjalan lebih fokus dan berhati-hati.

Ucapku pada Allah tentang jodoh tetap sama, minta yang terbaik menurut-Nya.
Karena apa yang manusia anggap baik, belum tentu baik menurut-Nya.
Apa yang baik menurut-Nya, pasti baik untuk hamba-Nya.
Yakin dengan janji Allah. Itu yang aku pegang.

Hingga suatu hari..
Satu nama yang tiba-tiba muncul beberapa waktu lalu, kembali menyapa.
Sekedar bertukar cerita.
Akupun tidak berharap apa-apa.

Aku baru sadar, beberapa hal yang aku doakan sebelumnya,
Tentang bagaimana sosok yang aku inginkan, ada di tubuh itu.
Heran dan kaget.
Namun tetap tidak ingin membiarkan hati ini berharap lagi.
"Mungkin kebetulan"
Ada satu yang belum muncul, solat wajib di masjid.
Aku pikir, "Kamu tuh siapa, Ti? Kamu memangnya sesempurna itu hingga minta sosok yang seperti itu?"

Sampai suatu malam, ba'da maghrib atau isya -- aku lupa,
laki-laki itu mengirimkan balasan atas pesanku untuknya, "Maaf, baru pulang dari masjid."
Aku menangis.
Seluruh yang aku minta pada Allah berada pada satu sosok.
Ternyata sosok itu pula yang akhirnya datang ke orang tuaku bersama keluarganya.

Allah itu Maha Baik.
Jatuhnya kita itu pasti ada hikmahnya.
Allah itu Maha Pendengar.
Semua doa kita itu didengar.
Ntah dikabulkan sesuai permintaan, atau diberikan yang lebih baik.
Dan.. sepertinya aku mendapatkan keduanya.

Berdoalah, jangan pernah lelah.
Berdoalah dengan yakin di hatimu.
Jangan lupa pasrah.
Allah semakin mendekat ketika kita pasrah.
Biarkan Dia yang berkuasa.
Menghambalah pada-Nya.
MasyaAllah.

No comments:

Post a Comment